Banyak perusahaan yang sangat sedikit mengadakan pelatihan dan pengembangan para karyawannya. Ada juga perusahaan yang sangat menghindari investasi dalam pelatihan. Ini karena mereka ragu apakah investasinya akan dapat kembali lagi untuk perusahaan.
Meskipun demikian, saat ini, sebagian besar para manajer dalam perusahaan sangat menghargai pentingnya pelatihan dan bersedia melakukan investasi untuk pelatihan dan pengembangan para pegawai mereka.
Departemen Human Resources (HR) di perusahaan-perusahaan dapat memainkan peran yang sangat penting dalam menciptakan peluang ini dan memasukkannya ke dalam system dan proses untuk melakukan pelatihan supaya lebih efektif. Berikut ini beberapa hal yang dapat diambil oleh HR:
1. Menghubungkan pelatihan ke sistem yang lain:.
Pelatihan adalah proses pengembangan. Meskipun demikian, pengembangan berarti memahami kemampuan setiap individu pegawai, mengenali perbedaan dan fokus kepada pelatihan yang tepat untuk orang yang tepat. Kita dapat melihat bahwa hal ini membawa kepada hubungan dengan proses perekrutan dan penilaian kinerja.
Perekrutan merupakan titik masuk pegawai ke dalam perusahaan. Keberhasilan membaca profile seorang pegawai pada tahap ini akan membantu perusahaan dalam membaca kekuatannya dan mengembangkannya di masa yang akan dating. Mirip dengan hal tersebut, penilaian kinerja merupakan suatu bentuk latihan yang periodik, yang akan memberikan peluang untuk organisasi untuk dapat mengambil kemampuan yang ada pada karyawannya dan mengenali adanya hambatan atau suatu kemampuan yang perlu dikembangkan, hal ini penting untuk perkembangan karir individual dan perencanaan bisnis perusahaan.
2. Menyusun pelatihan dengan aktivitas yang sistematik:
Pada suatu hari tiba-tiba seorang pegawai menerima panggilan dari Managernya, yang kemudian meminta dia untuk menghadiri program pelatihan tentang komunikasi yang diadakan dua hari ke depan.
Pegawai tersebut tidak siap. Ada prioritas lain untuk minggu ini. Tiba-tiba saja sang pegawai harus merubah prioritasnya atau merubah jadwal kegiatannya, atau yang lebih buruk lagi jika dia harus bekerja keras untuk dua hari ke depan untuk menyelesaikan beberapa tugas penting dengan terburu-buru suoaya dapat menghadiri program pelatihan itu.
Semua ini akan mengakibatkan sang pegawai menghadiri pelatihan tersebut tanda ada persiapan dalam pikirannya. Tidak aka nada keinginan yang positif dan siap menerima yang sangat diperlukan dalam pelatihan. Waktu dan uang yang dikeluarkan untuk program ini akan menjadi sia-sia saja.
Ini adalah scenario yang banyak dilakukan di banyak perusahaan, yang menganggap program pelatihan adalah sesuatu dimana seorang karyawan harus “dikirimkan”. HR dapat melakukan banyak kendali dan membuat pelatihan ini dalam bentuk aktivitas yang sistematik.
Perencanaan untuk program-program ini harus dilakukan dengan baik, dipersiapkan bahan bacaan dan latihan untuk pegawai, mengirimkan pengumuman dan menyiapkan alat komunikasi yang diperlukan untuk berbagai jenis pelatihan yang akan diadakan, semua hal tersebut akan sangat membantu. Secara umum, perencanaan yang dilakukan, menyiapkan pegawai, menumbuhkan semangat dasar untuk mendapatkan manfaat dari pelatihan adalah hal-hal yang dapat sangat membantu juga.
3. Memantau aktivitas pelatihan:
Banyak perusahaan yang memiliki matrik tentang jumlah hari pelatihan. Diantaranya ada yang melakukan pengawasan secara periodik, tetapi kebanyakan tidak melakukannya. Dalam hal ini perlu dilakukan perbandingan antara banyaknya pelatihan dengan jumlah kompensasinya. Kompensasi harus dengan baik di awasi, dianalisa dengan mendalam, antar departemen, fungsinya dan lain-lain.
Tingkat kecermatannya mungkin sama, tetapi dapat hilang dalam hal pelatihan. Mungkin karena pemantauan dan analisa pelatihannya harus dilakukan secara lebih serius sebagaimana dalam kasus kompensasi. Matrik itu mungkin banyak membantu. Akan tetapi harus dengan hati-hati di awasi dan ditunjukkan ke depan para pemegang keputusan, untuk membantu mereka memberikan fokus kepada usaha mereka dan rencana pelatihan dengan cara yang sistematik.