Tulisan menarik ini saya dapatkan pada Situs Institute Pertanian Bogor dalam liputan mereka tentang Pelatihan ”Human Capital Management in The Knowledge Era”. Pelatihan ini digelar oleh Direktorat Sumberdaya Manusia (SDM) IPB kerjasama dengan Dunamis Organization Services. Berikut tulisan selengkapnya.
saat ini banyak pemimpin yang mempunyai paradigma bahwa ketika mereka berhasil membuat strategi bisnis dan mampu menganalisisnya secara mendalam, mereka merasa telah menjadi seorang business leader yang hebat. “Setelah perusahaan berhasil membuat strategi yang memukau, sang business leader menarik napas lega. Dia bangga karena berhasil menyusun strategi yang tampak hebat dan memukau semua orang di perusahaan,” ujarnya mencontohkan.
Human Insani
UU & Regulasi
UU & REGULASI ( SERIKAT PEKERJA )
PHI
UPAH
K3 & Jamsostek
Mindset Human Capital Management untuk Pemimpin
Sebenarnya filosofi dasar dari Human Capital Management adalah meyakini bahwa pegawai bukan hanya sumberdaya tapi merupakan aset yang berharga, yakni skill, pengetahuan dan pengalamannya. “People bukan sekadar sumber daya, melainkan aset perusahaan yang sangat berharga,” ujar Associate Partner Dunamis Organization Services Alex Denni, yang juga alumnus Teknologi Industri Pertanian IPB dengan konsentrasi Teknik Manajemen Industri.
Setiap tahun perusahaan selalu membuat perencanaan dan strategi. Selanjutnya, perencanaan dan strategi tersebut disosialisasikan ke karyawan untuk dieksekusi.
Agar dapat mengeksekusi dengan cepat dan tepat, peran seorang business leader sangat dibutuhkan. Alex menegaskan, strategi yang tidak mencapai hasil optimal, besar kemungkinan disebabkan oleh satu dari dua hal berikut ini: strategi yang salah, atau eksekusi strategi tersebut yang tidak efektif.
Padahal, lanjutnya, itu belum apa-apa. Masih ada langkah berikutnya yang seharusnya dia kerjakan. Apakah itu? Langkah selanjutnya adalah mendorong anak buah untuk mewujudkan strategi tersebut menjadi hasil yang nyata.
Yang menarik, riset yang dilakukan Franklin Covey menemukan bahwa saat perencanaan dan strategi itu dikomunikasikan, hanya separuh dari karyawan di perusahaan yang diteliti mendengarkan dengan sungguh-sungguh. “Menarik sekali, ternyata tidak sampai 50% karyawan yang mendengarkan saat sosialisasi dilakukan,” ungkap Alex.
Sementara itu, dalam upaya memilih talent yang bagus, Alex berpendapat, ada dua cara yang dapat dilakukan. Pertama, lihat masa lalu orang yang bersangkutan atau disebut performance. Kedua, memprediksi masa depannya atau disebut kompetensi. Bila keduanya bagus, pantaslah dimasukkan ke dalam kotak yang namanya talent pool. “Siapa yang tahu informasi ini, siapa yang meng-approach orang ini, dialah yang akan memenangkan war for talent,” tuturnya mantap.
Alex melihat, ada empat kebutuhan dasar yang diperlukan para talent. Pertama, kebutuhan untuk hidup (to life). Kedua, kebutuhan untuk dicintai (to love). Ketiga, kebutuhan untuk berkembang (to learn). Dan terakhir, kebutuhan untuk berkontribusi atau meninggalkan sesuatu yang berharga. “Intinya body, heart, mind, dan spirit,” ungkapnya. Alex menjelaskan, body ditentukan dengan gaji dan fasilitas. Selain itu, mereka butuh hubungan yang lebih baik. Kemudian, mereka butuh untuk mengembangkan potensi dan karier. Jika salah satu kebutuhan itu tidak terpenuhi, tidak tertutup kemungkinan sang talent akan pergi.